Ahh, aku capek. Jubah ini membuatku betul-betul kepanasan! Dan zat putih yang selama ini menempel di wajahku—akrilik?—, sepertinya keringatku meluruhkan semuanya.
Ya ampun! Aku terlihat lebih mengerikan setelah aku pergi! Saudara malaikat Malik sudah berubah jadi penghuni neraka. Cakar-cakar kucing-nya luntur, membuatku persis seperti habis bertarung betulan. Eyeliner-ku luntur, membuatku terlihat sok emo. Aku benci emooo!!!!
Dan jubah ini sudah berhasil menolongku jatuh sebanyak tiga kali. Astaga. Bubuk emas yang menempel di atasnya, sepertinya lenyap sudah ditiup angin. Aku lebih tidak tahu lagi bagaimana nasib rambutku sekarang. Mau copot semua juga boleh!
Ibuku masih memanggilku. ‘Dewaa! Jangan lupa makan ya, Sayang!’ ‘Dewaa! Bajunya disimpen yang bener!’ ‘Dewaa, bantuin ayah tuuh…’
Dewaa, nyebur ke got, Nak!
AHH!!!! Andai kulit bisa langsung disobek dan langsung berganti tanpa rasa sakit, pasti aku sudah mencabik-cabik diriku sendiri dari tadi. Aku sudah muak dengan hias-riasku sendiri.
Dan sepertinya, aku kerepotan dengan jubahku. Ibu tidak akan mau membantuku membukanya.
Oh, tolong!
pasti kamu akan merasa bebas ya kalau jubah itu dilepas... lebih be ur self??? of lebih nyaman be others??
ReplyDeleteBukan akrilik yg ini mr.. The one before this!
ReplyDeletehahaha...dewa tuh kakak ya??? Nyebur aja, supaya jubah bisa copot!
ReplyDeletekata siapa aku? bukan kok
ReplyDeletesiapa dong???? masa jin??? :(
ReplyDelete