Wednesday, June 3, 2009

MEN AS SUPERIORS

Berdasarkan cerita temen, kata TV dan—jujur aja—pengalaman pribadi, saya rasa laki-laki itu suka merendahkan dan merasa superior di rumah. Ada yang gak abis-abis menghardik anak-istri persis di Hi#@yah, ada yang ‘memilih dan merusak’ istri seenak melakukannya pada mobil-mobilan, ada yang selalu pura-pura budeg kalo istri lagi kerepotan, dll.

Gak tau kenapa itu terjadi. Dan kayanya gak ada rumah tangga yang luput dari hal ini—meskipun PASTI ada meski mungkin sedikit. Mungkin para ayah melampiaskan kemarahan dan rasa capek pada orang-orang terdekat? Tapi ada yang betul-betul menganggap keluarga worthless, persis di Hi#@yah.

Saya sendiri—dalam posisi pengamat sekaligus anak—sangat kuatir kalo itu nature cowok. Masa iya selalu menjadi ibu itu sama dengan menjadi tersiksa? Gue kan cewek juga!

Ya alhamdulillah, meski ada beberapa pengalaman, tapi gak pernah yang seekstrim itu, meski pernah sampe saya nyaris benci betulan sama ayah saya. Sampe saya punya ayah-ayahan yang betul-betul lebih ‘ayah’ daripada ayah saya sendiri. Saya kuatir kalo kalian tanya ke semua anak, semua pernah menyaksikan ini terjadi.

Tapi, kayanya gak mungkin kalo ini rutin sama sekali. Yang namanya bini kan pasti disayang. Kalo bini cuma dibanting kaya mobil-mobilan, sayang. Dia kan orang. Dan Teman, syndrome ini pastinya terjadi secara tidak sadar. Superiority—entah amarah, setan atau emang rasa berderajat lebih tinggi—pasti sudah menguasai si cowok ketika itu terjadi.

Oh iya, saya menulis ini karena sudah banyak sekali teman-teman saya yang mengalami hal ini. Mungkin persentasenya lebih dari setengah. Itu kan bikin anak stress tauk! Dan sekalian karena kasus Mano masih panas, hahaha… Tapi itu bukan alasan yang utama. Alasan utamanya adalah karena perasaan gue sebagai sesama cewek dan sebagai seorang anak.

Tapi apa iya persentasenya betul-betul lebih dari setengah? Mereka—the guys—cuek, dan gak peduli sama sekali, malah menuju pembantaian? Gak ah. Namanya rumah tangga kan harus dilandasi cinta. Kasian bocah en bininya dong, hiks.

 

Bagaimanapun, gue cuma berharap satu temen gue (yang akan menghadapi husbandhood soon) akan lolos dari ‘husband syndrome’ ini—sekarang pasti belom kebayang deh itu terjadi, bukannya doain. Begitu juga dengan laki dan ayah lain, semoga yang kena insyaf, dan yang belum, jangan kena. Agar semua keluarga di dunia ini bahagia. Peace, love and gaul. *planet remaja mode on*

6 comments:

  1. mau nyanyi aja aaahhhh....tidak semua laki-laki.....

    ReplyDelete
  2. ya ngga lah kak.. tapi banyak temenku yang ngerasa iya.. hiks.

    ReplyDelete
  3. perlu dipelajari dulu don gimana latar belakang orangnya..terkadang pengalaman masa lalu menjadikan traumatik yang besar., tapi efeknya bisa positif dan negatif..

    ReplyDelete
  4. @ka ega: hmm..
    @bang ali: ahaha jgn tsinggung. gak semua orang gini juga.
    @dir: hmm juga :D

    ReplyDelete