Aku iri. Semua orang nampak dimabuk cinta. Sedang aku sendiri, meratapi rindu yang bahkan hilang di ambang jaringan kawat. Aku menatap jemari tambunnya menari di punggung tangan dia dari ujung mata. Aku merasa jijik di pangkal lidah, tapi cemburu di dasar hati.
Aku tersenyum masam. Kapankah nanti? Aku ingin tersenyum pada sepasang mata di bawah matahari sore, dengan bukaan terlampau lebar dan pantikan terlampau lambat, tanpa harus merasa bersalah di ujung tenggorokan.
Dia menari. Lugas. Aku dari tepian merekam ia yang dilukis cahaya jingga. Dalam benakku, dengan bukaan lebar dan pantikan lambat, begitu indah, sedang menari untuknya.
Sep 23, 2013
No comments:
Post a Comment