Monday, February 10, 2014

Mereka kira kamu diabetes, tiap pagi harus menyuntikkan sebotol cairan kecil di paha. Kamu bilang ini penghilang rasa sakit, padahal ini pemakan rasa sadar. Kamu murka dan mendorong Abang Tirta saat dia bertanya ada kardus apa di bawah kasurmu. Andai saja kamu lebih teliti, lebih pandai berbohong seperti Dian. Aku yakin setidaknya ada tiga orang yang hidupnya bergantung pada morfin di antara kita.

Saat aku mengangkat tepi bawah kausmu, aku harus berpura-pura tidak iba melihat semua koyo hijau yang menempel seperti lintah di punggungmu. Matamu lebar dan buram, gemetar. Aku tahu kamu belum sadar.

No comments:

Post a Comment