Oke, berangkat bersama mbak serta ayahanda tercinta yang baik sekali ^_^, bersetir-setir baru sampe awal jalan TB. Simatupang, eh malah baru sampe Kampung Kandang depannya KORPS Marinir (bukan depan bonbin, udah agak jauhan), udah macet. Ini Bukan Macet Biasa. Saya dan ayahanda sudah curiga kalo ada yang salah. Terus begitu. Depan High Scope, masih merayap. Padahal biasanya di situ lancar-lancar aja.
Ayahanda pun udah berkali-kali ngusulin untuk balik pulang, tapi saya mengelak dengan alasan:
1. Nanti kita akan berhadapan dengan macet yang sama bahkan lebih parah
2. Buku ini juga untuk tante yang berdomisili di Seattle, yang akan berulang tahun ke dua puluh sekian pada tanggal sepuluh Juli nanti
3. Itu bu-ku-ku *gaya gede*
Oke, kami pun tabi o tsudzuku, alias melanjutkan perjalanan. Di deket-deketnya gedung diknas, MU-A-CU-ET. Dan ada bis-bis dengan spanduk BDG *diganti karena sama-sama singkatan kota*. Wah, pasti ada kampanya Pak BDG yang warnanya warna patriotik Amerika itu.
Oke, kami pun merayap bersama bis-bis tim kampanya BDG. Blablabla karena males menceritakan macet, bilanglah kami sudah berada di depan belokan menuju F(X) dan Gelora Bung Karno. Ayahanda pun memintaku untuk turun dan berjalan sendiri. Bareng si mbak baru yang sepanjang tabi di mobil diem aja. Mbak yang jujur saja saya kurang suka. Ya pokoknya itulah.
Pake jaket, seperti anjuran ibunda karena gak mau anaknya yang memang sudah latte ini jadi espresso. Oke, bersama mbak yang membuntut di belakang, saya berjalan di tengah kerumunan pendukung Pak BDG yang semuanya berbaju putih-biru-merah. Ngerasa betul-betul beda sendiri. Mending, saya pake jaket putih. Si mbak pake baju UNGU. U-N-G-U. Ya beda lah sama mereka itu.
Oke, sepanjang perjalanan menuju gedung Istora, saya guedegggg ya karena kerumunan pak BDG ini. Sempet juga diledekin beberapa supir bis yang nanyain 'Adek/mbak, mau ke mana dek/mbak..'
Bla-bla-bla dan sampailah kami di Istora, phew. Cukup bebas dari kerumunan kampanye. Melihat buku-buku, yang sudah diduga, tidak terlalu menarik. Saya pun langsung ke stand Mizan untuk ngeliat, apa bener Cyber Adventure *tuh dikasitau judulnya.. beli!!* sudah ada di sana.
Dan benar!!! Udah ada! Dan gara-gara si mbak yang gabisa diem, si mas yang jaga stand pun bertanya, "Adek penulisnya yaa?" =_= Harusnya kan masih dalam penyamaran...
FYI aja, sebetulnya saya merasa sepanjang perjalanan tanpa ayahanda saya lebih merasa njaga mbak daripada mbak yang jagain saya. Ealah makjang...
Oke, saya pun ngabur sebentar mau muter-muter. Dan muter-muterlah sampai mata saya terpaku pada kios gakushudo. GA-KU-SHU-DO!!!! *oke cukup dikuatirkan promosi berlebihan* Saya pun luking-luking, dan bertanya pada yang jaga, berapa harga buku di keranjang. Dua belas ribu rupiah. *mata berbinar-binar* Wow. Kesempatan langka. Biasanya buku ini harganya lima puluh ribu dan udah abis duluan.
Beli yang basic aja deh dulu. Aslinya udah sangat tergoda untuk ngeborong yang di keranjang, tapi gajadi. Mana gitu I didn't find kamus merah kecil sakti anjuran mbah Kazhee. Orang yang
Oke lupakan dendamnya. Balik ke stand Mizan karena belom ngebeli buku Cyber Adventure *kalo yang ini harus diiklankan* Dan beli dua, satu untuk di rumah dan satu pun untuk dikasih ke tante.
Terus, jam tiga kurang lima belas, lapor ke ayahanda gimana cara pulang bermodal duit yang tinggal Rp 21.500. Katanya naik taksi aja ke Thamrin, nanti sama ayahanda balik pulang. Tapi, setelah balik ke luar Gelora Bung Karno dan mendiscover bahwa taksi-taksi musnah karena rombongan pak BDG, saya koling ayahanda lagi. Katanya, naik busway aja. Oookeh..
FYI, it was my first ride on the vusvay... :D Norak noraak...
Beli dua tiket, satu untuk saya dan satu untuk mbak-yang-lebih-kaya-adek-yang-harus-dijaga. Dan naik. Sempet ragu berhenti di mana, tapi katanya berhenti di Thamrin. The problem is, saya bodoh spatial, dan luali tenan sing ngendi sing jenenge Tham-Rin. Dan alhamdulillah, gak salah berhenti.
Lapor dan katanya suruh tunggu di Mekdanels. Oke. Beli mekfleri yang ternyata memakan seluruh sisa uang di kantong. Dan ditelpon, katanya pulang karena mobil udah di parkiran. Oke, pulang ^_^
PUKUL ENAM SORE
Saya digeret ayahanda untuk ikut ibunda pergi ke Bintaro. Gak ngerti mau ngapain. Ibunda yang juga parah spatial pun bingung di manakah gerangan tempat yang dituju. Akhirnya, setelah bertanya dan gak ada yang bisa memberi arahan, pak penjaga pintu tol memberitahu kami.
Tiba di tujuan pukul tujuh dua puluh malam. Katanya mau menemui teman tante yang membawa titipan tante dari negeri Om Sam. Dan juga mau nitipin 'oleh-oleh' fresh yang baru dibeli tadi.
Rupanya, saya terjebak di antara obrolan ibu-ibu yang you-know-what-it's-like. Arrr~ SKIP!!!
Pulang pukul delapan lebih sekian, dengan titipan dari tante yaitu bedcover (?!) yang ternyata adalah magnet kesehatan untuk eyangti. Oalah, kirain bedcover...
Ya demikian. Tsukaretak dan tulang retak.
Ejen epbiai Donna melaporkan.
Tiba di tujuan pukul tujuh dua puluh malam. Katanya mau menemui teman tante yang membawa titipan tante dari negeri Om Sam. Dan juga mau nitipin 'oleh-oleh' fresh yang baru dibeli tadi.
Rupanya, saya terjebak di antara obrolan ibu-ibu yang you-know-what-it's-like. Arrr~ SKIP!!!
Pulang pukul delapan lebih sekian, dengan titipan dari tante yaitu bedcover (?!) yang ternyata adalah magnet kesehatan untuk eyangti. Oalah, kirain bedcover...
Ya demikian. Tsukaretak dan tulang retak.
Ejen epbiai Donna melaporkan.
Eye-catching pastinya? Hahaha... :D
ReplyDeleteDi Sarinah?!
ReplyDeleteHe~ Repot sekali seeprti nya? Itu bukumu? :S
ReplyDeleteLumayan... Putih-putih dan ungu sendiri.
ReplyDeleteApanya yang di Sarinah? Mekdi? Iya ^_^ Ih ka Un gajadi makan-makan nih...
ReplyDeleteYapyap.. ^_^ Dibeli dibeli dibeli...
ReplyDeleteNanti tak cari deh :D
ReplyDeleteHoreee~!!!
ReplyDeleteBuku keduamu? Cepet banget, hehehe...
ReplyDeleteIya dong...
ReplyDeleteIh Ka Un nih giliran ngomongin eating-eating gak direply... >.
Lho makan-makan apa? Aku ngga ngerti-
ReplyDeleteAhaa gajadi deh..
ReplyDeleteHahaha...kayaknya seru banget ya, heboh amat ^^
ReplyDelete